Total Tayangan Halaman

Sabtu, 11 Desember 2010

Membuat Film Dokumenter / Film Indie

Dalam membuat film dokumenter yang kita rekam harus berdasarakan fakta yang ada. Jadi film dokumenter adalah suata film yang mengandung fakta dan subjektivitas pembuatnya. Artinya apa yang kita rekam memang berdasarkan fakta yang ada, namun dalam penyajiannya kita juga memasukkan pemikiran-pemikiran kita.
Dalam membuat film dokumenter ada langkah-langkah dan kiat bagaimana film yang kita produksi disenangi oleh penonton dan tidak memakan biaya yang besar saat memproduksinya.. Langkah yang harus kita tempuh dalam membuat film dokumenter adalah pertama, menentukan ide. Ide dalam membuat film dokumenter tidaklah harus pergi jauh-jauh dan memusingkan karena ide ini bisa timbul dimana saja seperti di sekeliling kita, di pinggir jalan, dan kadang ide yang kita anggap biasa ini yang menjadi sebuah ide yang menarik dan bagus diproduksi. Jadi mulailah kita untuk bepfikir supaya peka terhadap kejadian yang terjadi.
Kedua, menuliskan film statement. Film statement yaitu penulisan ide yang sudah ke kertas, sebagai panduan kita dilapangan saat pengambilan Angel. Jadi pada langkah kedua ini kita harus menyelesaikan skenario film dan memperbanyak referensi sehingga film yang kita buat telah kita kuasai seluk-beluknya.
Ketiga, membuat treatment atau outline. Outline disebut juga script dalam bahasa teknisnya. Script adalah cerita rekaan tentang film yang kita buat. script juga suatu gambar kerja keseluruhan kita dalam memproduksi film, jadi kerja kita akan lebih terarah. Ada beberapa fungsi script. Pertama script adalah alat struktural dan organizing yang dapat dijadikan referensi dan guide bagi semua orang yang terlibat. Jadi, dengan script kamu dapat mengkomunikasikan ide film ke seluruh crew produksi. Oleh karena itu script harus jelas dan imajinatif. Kedua, script penting untuk kerja kameramen karena dengan membaca script kameramen akan menangkap mood peristiwa ataupun masalah teknis yang berhubungan dengan kerjanya kameramen. Ketiga, script juga menjadi dasar kerja bagian produksi, karena dengan membaca script dapat diketahui kebutuhan dan yang kita butuhkan untuk memproduksi film. Keempat, script juga menjadi guide bagi editor karena dengan script kita bisa memperlihatkan struktur flim kita yang kita buat. Kelima, dengan script kita akan tahu siapa saja yang akan kita wawancarai dan kita butuhkan sebagai narasumber.
Keempat, mencatat shooting. Dalam langkah keempat ini ada dua yang harus kita catat yaitu shooting list dan shooting schedule. Shooting list yaitu catatan yang berisi perkiraan apa saja gambar yang dibutuhkan untuk flim yang kita buat. jadi saat merekam kita tidak akan membuang pita kaset dengan gambar yang tidak bermanfaat untuk film kita. Sedangkan shooting schedule adalah mencatat atau merencanakan terlebih dahulu jadwal shooting yang akan kita lakukan dalam pembuatan film.
Kelima, editing script. Langkah kelima ini sangat penting dalam pembuatan film. Biasa orang menyebutnya dengan pasca produksi dan ada juga yang bilang film ini terjadinya di meja editor. Dalam melakukan pengeditan kita harus menyiapkan tiga hal adalah menbuat transkip wawancara, membuat logging gambar, dan membuat editing script. Dalam membuat transkipsi wawancara kita harus menuliskan secara mendetail dan terperinci data wawancara kita dengan subjek dengan jelas.


Membuat logging gambar ini maksudnya, membuat daftar gambar dari kaset hasil shuuting dengan detail, mencatat team code-nya serta di kaset berapa gambar itu ada. Terakhir ini merupakan tugas filmmaker yang membutuhkan kesabaran karena membuat editing scrip ini kita harus mempreview kembali hasil rekaman kita tadi ditelevisi supaya dapat melihat hasil gambar yang kita ambil tadi dengan jelas. Dengan begitu kita akan mebuat sebuah gabungan dari Outline atau cerita rekaan menjadi sebuah kenyataan yang dapat menjadi petunjuk bagi editor.

dikutip dari : http://id.88db.com/

Kamis, 09 Desember 2010

kenapa mengantuk

asslamu'alaikum..
hay tman2 aq... tg lagi berbahagia...!!

gini LOw Ne Dari Griya gizi

Pernahkah anda bertantnyan, mengapa saat malam kita mengantuk ??
atau mengapa bila masyarakat pedesaan yang belum ada listrik cenderung tidur lebih cepat ?
iKi Low Jawabannya...

Karena adanya hormon melatonin. SCN (suprachiasmatic nuclei pada hipotalamus otak) akan memerintahkan tubuh untuk mengeluarrkan nhormon melatonin ini saat hari sudah gelap. selanjutnya, hormon melatonin kan memerintahkan tubuh untuk beristrirahat. NamUn dengan kehadiran lampu listrik yang membuat suasana malam hari menjadi menjadi terang menghambat dikeluarkan hormon melatonin, sehingga sat ini jam tidur manusia lebih larut malam dari pada sebelumnya.

ya gtu aj dari Saya.,.>!!

     sumber : griya gizi dan google

Di Ujung Gaun Malam

“Malam ini aku ingin dada ibuku!” katanya mendorong dadaku.
Ah, padahal aku hanya ingin memeluknya, meredakan kegelisahan di hatinya. Fran, bocah lelaki empat belas tahun ini seperti tak bisa mengerti, bahwa ibunya tak bisa selalu ada untuknya.
“Malam ini Ibu pulang pagi lagi…” bisiknya lirih, sarat gundah di matanya.
“Ibumu melakukan semua itu juga untukmu, Fran.”
“Tapi apa harus menjadi pelacur? Ibu ‘kan bisa jadi apa saja selain pelacur. Aku ingat, Ibu bisa nyetir mobil dengan hebat. Ibu juga pintar masak. Ibu bisa jadi penyanyi, pelukis, Ibu bisa jadi apa saja dan tidak harus jadi pelacur seperti ini!”
“Ya, ibumu perempuan yang hebat.”
“Dan kamu? Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu mencintai ibuku, heh?”
“Eh, aku…?”


“Ya, kamu mencintai ibuku tapi kamu tidak punya keberanian dan keyakinan untuk bisa membahagiakannya.”
“Sebenarnya tidak seperti itu, Fran…”
“Lantas seperti apa? Kamu ingin bilang karena kamu hanya seorang kuli bangunan dan mantan narapidana? Jika kamu bisa membangun ratusan rumah untuk orang lain, kenapa kamu tidak bisa membangun satu rumah untuk perempuan yang kamu cintai?”
“Fran, kamu hanya bocah lelaki empat belas tahun. Kamu tidak tahu apa-apa tentang hal itu! Kamu sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu bicarakan!”
“Aku hanya ingin, kamu tahu, Niel? Aku ingin sebuah keluarga. Cuma itu…” Fran menyeka lelehan air mata di pipinya. Untuk bocah lelaki empat belas tahun, dia anak yang cukup tegar menghadapi lika-liku garis jalan di hidupnya.
“Niel?”
“Ya?”
“Bisakah kamu membuat ibuku berhenti menjadi seorang pelacur? Maukah kamu melakukannya?”
Hening.
Aku tak tahu harus bicara apa. Aku tak tahu harus melakukan apa. Lebih dari itu aku tak tahu, apakah ibu Fran, Emelie mencintaiku atau tidak. Pertanyaan Fran adalah pertanyaan sederhana, namun begitu sulit untuk kujawab.
“Niel?” Panggil Fran lagi karena melihat aku hanya diam untuk beberapa waktu.
“Entahlah, Fran. Aku tak tahu harus memulainya dari mana”
Fran diam.
“Sudahlah, Fran. Lain kali kita bicarakan ini. Malam sudah cukup larut. Besok pagi kamu harus ke sekolah, kan?” Fran tak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya dengan lemah.
* * *
Aku keluar dari rumah Emelie dan meninggalkan Fran sendirian di rumah itu. Pertanyaan Fran terus terngiang-ngiang di telingaku dan berputar-putar di kepalaku. Aku terus berjalan membelah malam dan aku melihat tak begitu banyak bintang di langit. Aku bahkan bisa menghitungnya di dalam hatiku. Aku tak ingat kapan pertama kalinya menghitung bintang di langit menjadi kebiasaanku. Tapi aku suka. Benar-benar suka. Seperti sedang menghitung mempi-mimpi yang datang menghampiri atau pergi menjauhi.
Aku ingat. Pertemuan pertamaku dengan Emelie juga adalah ketika tak begitu banyak bintang di langit dan aku sedang menghitungnya di dalam hatiku. Seorang perempuan menabrakku dengan keras. Benar-benar tabrakan yang keras, sampai-sampai ulu hatiku terasa sakit.
“Apa yang kamu lakukan? Kamu tidak bisa melihat aku sedang berjalan tergesa-gesa? Memangnya kamu sedang apa, heh?!” tanya perempuan ini dengan intonasi suaranya yang tinggi.
“Aku sedang menghitung bintang…” jawabku sekenanya, dan mungkin terdengar sedikit bloon.
“Apa? Sebelum kamu menghitung bintang di langit, hitung dulu berapa lembar uang yang ada di kantongmu, mungkin dengan begitu kamu bisa bercinta denganku semampu kamu!”
Aku diam. Mulutku setengah terbuka. Aku merasa sedikit bingung. Mungkin karena kata-katanya yang begitu cepat dengan intonasi suara yang tinggi, mengingatkan aku pada senapan mesin yang sedang memuntahkan pelurunya.
“Aneh, ada-ada saja. Di tengah malam seperti ini malah menghitung bintang. Benar-benar tak berguna,” kata perempuan ini lagi setelah mengumpulkan barang-barang bawaannya yang tadi terjatuh. Dan ketika aku melihatnya hendak pergi, aku bingung, aku merasa sayang jika perempuan ini pergi begitu saja tanpa sempat aku ketahui apa-apa tentangnya. Paling tidak aku harus tahu namanya.
“Bagaimana kalau aku bilang, jika aku bisa menghitung bintang di langit maka aku juga bisa menghitung bekas luka di hatimu?” tanyaku datar. Aku bahkan merasa kaget sendiri. Dari mana aku dapatkan kata-kata itu, jeritku dalam hati.
Perempuan ini menghentikan langkahnya yang ingin pergi meninggalkanku. Matanya menatap mataku sedalam yang dia bisa. Lalu katanya,
“Kamu tak akan pernah bisa menghitung bekas-bekas luka di hatiku, karena luka di hatiku setiap hari berganti warna. Bahkan ada luka baru yang terus tumbuh di atas luka lama, seperti luka-luka itu tak pernah mau berhenti dan berakhir. Tak pernah berkesudahan. Lantas dari mana kamu akan menghitungnya, Laki-laki?” tanya perempuan ini dengan suaranya yang tiba-tiba berubah lirih. Aku rasa, tanpa aku sadari, aku telah menjadikan pembicaraan yang tak sengaja ini serius.
“Niel. Panggil aku Niel…” kataku singkat, tak menjawab pertanyaannya.
“Niel? Kamu hanya membuat hariku yang sudah buruk menjadi lebih buruk lagi,” ujar perempuan ini seraya membalikkan badan dan pergi meninggalkanku.
“Hei? Kamu tidak bisa begitu!” kataku sambil berusaha menyejajari langkahnya.
“Tentu saja aku bisa!” ucap perempuan ini tanpa menghentikan langkah kakinya.
“Tapi kita baru kenal, bagaimana bisa aku menjadikan hari kamu begitu buruk? Bahkan aku belum tahu namamu, Perempuan!” Tiba-tiba saja aku jadi sedikit kesal. Entah kenapa.
“Karena kamu sangat mirip dengan seorang laki-laki yang begitu tolol di masa laluku!” kata perempuan ini dan dia menghentikan langkahnya. Matanya menatap mataku tajam.
“Tolol?” Ttnyaku dengan nada yang sedikit bodoh.
“Ya, tolol! Dulu aku mengenal seorang laki-laki yang suka menghitung bintang di langit dan bahkan mencoba menghitung luka di hatiku sekaligus menyembuhkannya dan laki-laki itu benar-benar laki-laki yang tolol!” Perempuan ini bicara dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Namun begitu aku tak ingin hanyut. Lalu kataku,
“Kalau begitu katakan, apakah laki-laki tolol ini boleh mengetahui namamu, Perempuan?”
“Apa yang kamu punya, Laki-laki? Karena aku seorang pelacur…” tanyanya dengan mata yang tiba-tiba berubah redup.
“Aku akan memberitahu kamu berapa jumlah bintang di langit yang tadi kuhitung sebelum kamu menabrakku. Bagaimana? Tertarik?” tanyaku dengan nada yang polos. Aku berharap banyak dari pertanyaan ini. Karena bagaimanapun juga, perempuan ini adalah pelacur paling indah yang pernah kulihat seumur hidupku.
“Tolol…!” ucapnya sambil melangkahkan kakinya lagi.
“Tolol? Itu nama kamu? Ah, nama yang unik…” kataku mengikuti langkahnya.
“Namaku Emelie. Sekarang kamu bisa pergi meninggalkanku, bukan?”
“Biarkan aku menjadi laki-laki tolol kedua yang mencoba menyembuhkan luka-luka di hatimu, Emelie…”
“Kamu tak akan bisa…”
“Biarkan aku mencobanya!”
“Kamu tak tahu apa-apa tentang aku…”
“Biarkan aku tahu, oke?”
“Aku perempuan yang susah diatur.”
“Aku laki-laki yang tidak suka mengatur.”
“Aku pelacur.”
“Aku perampok.”
“Serius?”
“Dulu…”
“Sekarang?”
“Kuli bangunan.”
“Berapa rumah yang sudah kamu bangun?”
“Banyak. Ratusan. Entahlah. Aku tak pernah menghitungnya.”
“Saat ini ada rumah yang sedang kamu bangun?”
“Ada. Bukan rumah, tapi istana.”
“Istana? Serius? Di mana?”
“Di dalam hatimu…”
“Apakah akan cukup? Hatiku sangat sempit, banyak dipenuhi kenangan dan dosa masa lalu…”
“Kalau begitu jangan istana, sebuah pondok kecil saja…”
“Kamu laki-laki tolol…”
“Lebih tolol mana dengan laki-laki yang dulu kamu kenal?”
“Masih tolol kamu. Kamu yang paling tolol…”
“Apa itu sebuah pujian?”
“Memangnya apa yang kamu harapkan?”
“Entahlah, sebuah ciuman mungkin…”
“Itu terlalu cepat.”
“Bagaimana jika terlambat?”
“Konyol…”
“Kenapa kamu menghentikan langkahmu?” tanyaku pelan.
“Karena aku telah sampai di depan rumahku.”
Sebuah rumah sederhana berdiri diatas halaman yang tak begitu luas. Jarak rumahnya dengan rumah-rumah yang lainnya tidak terlalu dekat. Ada seorang bocah yang sedang berdiri didepan pintu, hanya saja aku tak tahu apakah dia bocah laki-laki atau perempuan karena lampu didepan rumah ini tidak terlalu terang. Aku baru bisa melihatnya ketika dia berjalan menghampiri aku dan Emelie. Ternyata bocah laki-laki.
“Kenapa kamu belum juga tidur, Fran? Ibu ‘kan sudah bilang, jangan tunggu Ibu,” kata Emelie dengan nada suara yang begitu lembut. Aku melihat Fran, bocah lelaki belasan tahun itu menunggu ibunya dengan kecemasan yang tersirat dari matanya yang memerah karena menahan kantuk.
* * *
Itulah awal perkenalanku dengan Emelie dan Fran. Setelah dua tahun lebih mengenal Emelie, aku belum tahu apakah Emelie mencintaiku atau tidak, aku tak berani menanyakannya. Hanya saja pertanyaan Fran yang seperti permintaan itu kembali mengusik pikiranku.
“Bisakah kamu membuat ibuku berhenti menjadi seorang pelacur? Maukah kamu melakukannya?”
Pertanyaan Fran itu terus terngiang-ngiang di telinga dan berputar-putar di kepalaku. Hingga aku sampai di rumah kontrakanku dan terbaring di atas ranjangku yang sering berderak bila aku bergerak sedikit saja, pertanyaan Fran itu terus datang berulang-ulang. Sudah dua tahun berjalan dari hari pertama dimana aku mengatakan ingin membangun istana atau pondok kecil di kedalaman hati Emelie, namun sampai sekarang aku belum mendirikan apa-apa. Bahkan memancangkan tiang pertama saja juga belum. Pikiranku kalut dan semua hal-hal yang berbau buruk masuk dan mengendap di dalam otakku. Ah, aku rasa aku akan kembali menjadi Niel yang dulu. Ya, Niel si Perampok. Karena Niel si Kuli Bangunan tak bisa membangun apa-apa untuk perempuan yang dicintainya dan seorang bocah lelaki empat belas tahun yang disayanginya.
* * *
Angin dingin pada malam jam dua belas. Taman ini telah sepi, aku masih menunggumu. Lampu taman begitu redup, buram dan tersengal. Kuremas jari, kugigit bibir dan kutelan ludah, apa saja, untuk mengusir rasa khawatir jika kamu tak datang. Aku meringis. Entah kenapa aku mencintai laki-laki sepertimu, Niel.
“Ini yang terakhir, Emelie. Besok tak akan ada lagi orang yang memanggilku perampok dan kamu tak perlu lagi melayani laki-laki tengik! Janji!”
Kuelus perutku yang sedikit buncit, benih yang kamu siramkan berkali-kali sebelum kamu berjanji. Semoga besok tak ada kabar di koran-koran yang mengatakan kamu ditangkap dan ditembak mati.

di kutip dari kumpulan cerita pendek, cerpen by khafi

arti cinta

saat aku melihat mu hati ini terasa terisi
saat aku mendengarmu rasa hati ingin bertemu
saat kita bertemu berdetak kencang jantung ini
saat kita tak bertemu selalu hadir rasa rindu

aku tak tahu apa yang terjadi
aku bingung maksut semua ini
semua ini terjadi begitu saja
semua ini tak pernah aku duga

apa arti yang saat ini ku rasa
apa arti rindu yang selalu tiba
apa arti semua rasa
apakah ini yang dinamakan cinta

     by : januar randra satriawan

peri kecilku

Tersenyum riang menatap cakrawala masa depan..
Menari lincah dalam buaian malam membumbung jauh seluruh angan
Tak kau izinkan jiwamu terbelenggu putar roda kehidupan
Kaulah peri kecilku yang selalu ku banggakan

Lihatlah betapa menakjubkannya dirimu
Menggodaku dengan senyuman keceriaan yang selalu ku tunggu
Tak kau biarkan hatimu di liputi beban kesedihan
Kaulah tempatku menghirup nafas kebahagiaan

Andai bias ku ungkapkan kepadamu
Ku ingin kau selalu &selalu menjadi peri kecilku
Memberiku kehangatan di setiap tingkah manjamu
Membangkitkan hatiku dengan semangat hidupmu yang tak kan pernah layu

Wahai peri kecilku dengarkanlah keinginan hati ini
Jika esok ataupun nanti engkau kembali
Ku ingin kau ada di sisi
& jangan lagi pergi tinggalkan ku sendiri
Karena kau adalah peri kecilku yang selalu ku nanti

  dikutip dari : mas ipul

peradaban jaman dahulu

Lemuria
Quote

Lemuria/Mu merupakan peradaban kuno yg muncul terlebih dahulu sebelum peradaban
Atlantis.Para peneliti menempatkan era peradaban Lemuria disekitar periode 75000
SM - 11000 SM.Jika di lihat dari periode itu,Bangsa Atlantis dan Lemuria seharusnya pernah hidup bersama selama ribuan tahun lamanya. Gagasan Benua Lemuria terlebih dahulu eksis dibanding peradaban Atlantis dan Mesir Kuno dapat kita peroleh penjelasannya dari sebuah karya Augustus Le Plongeon (1826-1908),seorang peneliti dan penulis pada abad ke -19 yang mengadakan penelitian terhadap situs2 purbakala peninggalan Bangsa Maya di Yucatan.


Informasi diperoleh setelah keberhasilannya menterjemahkan beberapa lembaran
catatan kuno peninggalan Bangsa Maya. Dari hasil terjemahan,diperoleh beberapa informasi yang menunjukkan hasil bahwa Bangsa Lemuria memang berusia lebih tua daripada peradaban nenek moyang mereka (Atlantis).Namun dikatakan juga,bahwa mereka pernah hidup dalam periode waktu yang sama, sebelum kemudian sebuah bencana gempa bumi dan air bah dasyat meluluh lantahkan dan menenggelamkan kedua peradaban maju masa silam tersebut. Hingga saat ini,letak dari Benua Lemuria pada masa silam masih menjadi sebuah kontroversi,namun berdasarkan bukti arkeologis dan beberapa teori yang
dikemukakan oleh para peneliti,kemungkinan besar peradaban tsb berlokasi di Samudera Pasifik (disekitar Indonesia sekarang). Banyak arkeolog memepercayai bahwa Easter Island yang misterius itu merupakan bagian dari Benua Lemuria.Hal ini jika dipandang dari ratusan patung batu kolosal yang mengitari pulau dan beberapa catatan kuno yang terukir pada beberapa artifak yang mengacu pada bekas-bekas peninggalan peradaban maju pada masa silam. Mitologi turun temurun para suku Maori dan Samoa yang menetap dipulau-pulau disekitar Samudera Pasifik juga menyebutkan bahwa dahlulu kala pernah ada sebuah daratan besar besar di Pasifik yang yang hancur diterjang oleh gelombang pasang air laut dasyat(tsunami), namun sebelumnya bangsa mereka telah hancur terlebih dahulu akibat peperangan. Keadaan Lemuria sendiri digambarkan sangat mirip dengan peradaban Atlantis,memiliki tanah yang subur,masyarakat yang makmur dan penguasaan terhadap beberapa cabang ilmu pengetahuan yang mendalam. faktor-faktor tersebut tentunya menjadi sebuah landasan pokok bagi Bangsa Lemuria untuk berkembang pesat menjadi sebuah peradaban yang maju dan memiliki banyak ahli/ilmuwan yang dapat menciptakan suatu trobosan baru dalam Ilmu pengetahuan dan Teknologi mereka.

Seperti banyak dikemukakan oleh beberapa pakar spiritual dan arkeologi ,bahwa bangsa Lemurian dan Atlantean menggunakan crystal secara intensif dalam kehidupan mereka.
Edgar Cayce,Seorang spiritualis Amerika melalui channelingnya berkali2 mengungkapkan hal yang sama. Kuil2 Lemuria dan Atlantis menempatkan sebuah crystal generator raksasa yang dikelilingi crystal2 lain, baik sebagai sumber tenaga maupun guna berbagai penyembuhan.

Banyak info mengenai atlantis dan lemurian diperoleh dengan men-channel crystal2
‘old soul’ yang pernah digunakan pada kedua jaman ini. Beberapa Monument Batu misterius yang berhasil ditemukan dibawah perairan Yonaguni,Jepang,mungkinkah monument2 ini merupakan sisa-sisa dari peradaban Lemuria?

Namun, berbeda dengan bangsa Atlantis yang lebih mengandalkan fisik,teknologi
dan gemar berperang,Bangsa Lemuria justru dipercaya sebagai manusia-manusia
dengan tingkat evolusi dan spiritual yang tinggi,sangat damai dan bermoral.
Menurut Edgar Cayce,munculnya Atlantis sebagai suatu peradaban super power pada
saat itu (kalau sekarang mirip Amerika Serikat begitulah) membuat mereka sangat
ingin menaklukkan bangsa-bangsa didunia,diantaranya Yunani dan Lemuria yang
dipandang oleh para Atlantean sebagai peradaban yang kuat. Berbekal peralatan perang yang canggih serta strategi perang yang baik,invansi Atlantis ke Lemuria berjalan seperti yang diharapkan.
sifat dari Lemurian yang menjunjung tinggi konsep perdamaian,mereka tidak
dibekali dengan teknologi perang secanggih bangsa Atlantean,sehingga dalam
sekejap,Lemuria pun jatuh ketangan Atlantis. Para Lemurian yang berada dalam kondisi terdesak,ahirnya banyak meninggalkan bumi untuk mencari tempat tinggal baru di planet lain yang memiliki karakteristik mirip bumi,mungkin keberadaan mereka saat ini belum kita ketahui (ada yang mengatakan saat ini mereka tinggal di Planet Erra/Terra digugus bintang Pleiades.

Mungkin kisah para Lemurian yang meninggalakan bumi untuk menetap diplanet lain
ini sedikit tidak masuk akal,tapi perlu kita ketahui bahwa teknologi mereka pada
saat itu sudah sangat maju,penguasaan teknologi penjelajahan luar angkasa
mungkin telah dapat mereka realisasikan dijauh2 hari.Tentunya penguasaan
teknologi yang sama pada era peradaban kita ini,belum bisa disandingkan dengan
kemajuan teknologi yang mereka ciptakan.(Baca artikel Piri Reis Map sebagai
bahan pertimbangan).

Dari sekelumit kisah yang aq uraikan diatas,dapat ditarik kesimpulan bahwa para
Lemurian tidak musnah oleh bencana gempa bumi dan air bah seperti yang dialami
oleh para Atlantean,namun karena peranglah yang membuat sebagain dari mereka
berguguran.

Sementara semenjak kekalahannya oleh bangsa Atlantis,otomatis wilayah Lemuria
dikuasai oleh para Atlantean,sampai saat ahirnya daratan itu diterpa oleh
bencana yang sangat dasyat yang kemudian menenggelamkannya bersama beberapa
daratan lainnya,termasuk diantaranya Atlantis itu sendiri.





sumber:
http://yentilupkuroi.wordpress.com/2008/08/19/bangsa-lemuriabangsa-yg-hilang/

GSM dan CDMA

GSM : 
          Global System for Mobile Communication disingkat GSM adalah sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital. Teknologi GSM banyak diterapkan pada komunikasi bergeraek, khususnya telepon genggam. Teknologi ini memanfaatkan gelombang mikro dan pengiriman sinyal yang dibagi berdasarkan waktu, sehingga sinyal informasi yang dikirim akan sampai pada tujuan. GSM dijadikan standar global untuk komunikasi selular sekaligus sebagai teknologi selular yang paling banyak digunakan orang di seluruh dunia.

CDMA :
          Code division multiple access (CDMA) adalah sebuah bentuk pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode akses secara bersama yang membagi kanal tidak berdasarkan waktu (seperti pada TDMA) atau frekuensi (seperti pada FDMA ), namun dengan cara mengkodekan data dengan sebuah kode khusus yang diasosiasikan dengan tiap kanal yang ada dan menggunakan sifat-sifat interferensi konstruktif dari kode-kode khusus itu untuk melakukan pemultipleksan.
Dalam perkembangan teknologi telekomunikasi telepon sellular terutama yang berkaitan dengan generasi ke-tiga (3G), CDMA menjadi teknologi pilihan masa depan.
CDMA juga mengacu pada sistem telepon seluler digital yang menggunakan skema akses secara bersama ini,seperti yang diprakarsai oleh Qualcom.
          CDMA adalah sebuah teknologi militer yang digunakan pertama kali pada Perang Dunia II oleh sekutu Inggris untuk menggagalkan usaha Jerman mengganggu transmisi mereka. Sekutu memutuskan untuk mentransmisikan tidak hanya pada satu frekuensi, namun pada beberapa frekuensi, menyulitkan Jerman untuk menangkap sinyal yang lengkap.
Sejak itu CDMA digunakan dalam banyak sistem komunikasi, termasuk pada Global Positioning System 
( GPS ) dan pada sistem satelit OmniTRACKS untuk logistik transportasi. Sistem terakhir didesain dan dibangun oleh Qualcomm, dan menjadi cikal bakal yang membantu insinyur-insinyur Qualcomm untuk menemukan Soffhandsoff dan kendali tenaga cepat, teknologi yang diperlukan untuk menjadikan CDMA praktis dan efisien untuk komunikasi seluler terrestrial.

refrensi dari google dan buku sistem telekomuniksa

Suatu Sore, di Bawah Tiang Bendera

Keringat mengalir deras di tubuhnya yang hitam. Butiran-butiran putih tersebut menggelinding seperti air hujan yang terhempas pada batu hitam mengkilat. Terik matahari tidak di pedulikannya, hatinya yang hangus lebih tersiksa dari jasadnya yang kini bermandikan panas matahari. Seandainya ia perempuan, pasti ia juga akan menangis, tapi ia laki-laki. Laki-laki yang sudah biasa terhempas, disudutkan keadaan, di tikam kenyataan yang pahit. Perjuangannya tiga tahun ini berujung pada kekecewaan yang sangat menggoncangkan jiwanya. Dua buah kata berbunyi “Tidak Lulus” yang tertulis di kertas pengumuman kemaren menghanyutkan puing-puing harapannya selama ini.
Dua kata tersebut menari-nari dengan lincah di kepalanya, selincah tangannya mengayunkan cangkul di lahan miring tempat ia menanam tanaman muda sejak tiga tahun yang lalu. Ia dilahirkan di sebuah perkampungan kecil Si Mandi Angin, 67 km dari desa Tambusai, kecamatan Tambusai, kabupaten Rohul, Riau, tempat ia bersekolah. Secara ekonomi, orang tuanya yang bekerja sebagai buruh harian tidak mampu untuk membiayai sekolahnya, tambah lagi kedua orang tuanya menganggap pendidikan hanyalah formalitas untuk orang-orang berada saja.
“Sekolah pun ujung-ujungnya bakal jadi kuli juga toh…,” nasehat yang mumpuni dari emaknya ketika ia mengemasi beberapa helai pakaian dan ijazahnya ke dalam kardus mie, di suatu pagi ketika ia akan berangkat ke Tambusai melanjutkan pendidikannya. Dalam hati ia yakin dengan pendidikan ia bisa merobah nasibnya dan Tuhan pasti mendengar doa pengembara yang sedang menuntut ilmu. Maka berangkatlah ia pagi itu dengan tatapan lusuh bapaknya yang karatan jadi kuli perkebunan toke-toke bermata sipit dari Pekanbaru.
Nasib baik menemani langkahnya. Tidak hanya diterima ia di sekolah tersebut, kepala sekolah juga memberinya pekerjaan sebagai penjaga sekolah. Ia adalah angkatan pertama dari SMA N 4 Tambusai tersebut. Pulang sekolah, dengan rajin ia membersihkan pekarangan sekolah dan pagi-pagi sebelum belajar dimulai ia menyapu lantai kelas dan kantor guru. Lahan kosong di belakang kelas yang dulunya ditumbuhi gulma disulapnya menjadi lahan produktif. Ia menanam ubi kayu, cabe rawit dan jagung bergantian. Hasilnya ia bagi dua dengan pihak sekolah. Lumayan juga penghasilannya, tiap bulan ia juga menerima honor sebagai penjaga sekolah.
Otaknya memang pas-pasan, kalau tidak boleh dibilang bodoh. Tapi semangatnya  dalam mengikuti pelajaran sangat tinggi. Guru-guru yang belum seberapa, maklum sekolah baru, sangat menyayanginya. Rasa sayang sebatas manusia yang memiliki hati nurani, sebab untuk lebih dari itu, di luar kemampuan mereka juga. Mereka tidak bisa memberikan materi pelajaran sebagaimana yang dianjurkan pemerintah. Alat penunjang belajar sangat kurang, boleh dikatakan tidak ada. Sebab yang tersedia hanya ruangan kelas dan stempel dari diknas bahwa sekolah ini sudah boleh beroperasi. Buku-buku pelajaran, jauh panggang dari api.
Pernah juga suatu kali sorang wanita paruh baya berseragam pemda datang ke sekolah. Mereka menjanjikan buku yang dialokasikan dari dana BOS, tapi sampai saat ini buku tersebut tak kunjung datang barangkali sudah di pangkas ‘BOS-BOS’ yang jadi mafia di dunia pendidikan.
Suatu hari, datang juga seorang sales dari toko buku di Pekanbaru ke sekolah mereka untuk menawarkan buku-buku pelajaran yang beragam seperti yang dimiliki anak-anak sekolah di kota. Dugaan si sales tidak meleset, tak satu pun bukunya yang laku. Saprianto dan beberapa kawannya yang rata-rata anak buruh kasar perkebunan sawit hanya bisa menelan liur untuk memiliki buku tersebut.
Dengan segala keterbatasan akhirnya sampai juga ia di ujung perjuangan. Ujian Nasional (UN) diselenggarakan untuk pertama kalinya di sekolah tersebut. Kepsek dan majelis guru menyadari betul persiapan sekolah mereka untuk menghadapi UN. Guru-guru yang jauh dari standar kompetensi dan murid-murid yang tidak jenius karena dari kecil memang selalu kurang gizi. Sempat juga terlintas di benak mereka untuk mengambil jalan pintas. Membeli lembar soal, tapi rasanya juga tak mungkin. Dari mana mereka dapat uang  pengisi ‘amplop’ untuk bekerjasama dengan instansi terkait.
***
Menjelang tengah hari, Saprianto masih melayangkan cangkulnya. Tak peduli sudah berapa ember keringat yang mengucur dari tubuhnya. Ia terhenti ketika ujung cangkulnya membentur sesuatu. “Nah ini dia,” bisiknya dalam hati, ketika ia yakin menemukan carocok pondasi utama dari ruang guru yang dipisahkan oleh gang sempit dari ruang kelas.
Saprianto berjalan tergesa-gesa menuju bengkel las ketok bang Regar. Bengkel tersebut terletak di pinggir jalan raya tak jauh dari gapura perbatasan Riau dengan Sumut.
“Ene opo, Sap..” sambut bang Regar  berbahasa Jawa ketika Saprianto sampai di depan bengkel, maksudnya menyambut tamu beramah-tamah dengan memakai bahasa ibu si tamu tapi kedengaran lucu karena logat bataknya tak bisa lepas dari lidahnya.
“Rental pompa airnya lagi, bang!”
“Berapa jam?”
“Hitung-hitungan kali la abang ini, besok pagi kuantar lagi, sekarang sudah tengah hari. Hitungannya setengah hari jugalah bang…”
“Oke…” jawab bang Regar sambil berjalan ke belakang mengambil mesin pompa air merek robin. Sap sudah sering merental mesin di situ untuk tanaman-tanamannya.
Sap membawa mesin dengan gerobak sorong. Sampai di bekas galiannya tadi ia mengambil linggis. Sebenarnya ia sudah letih tapi ia paksa juga menghantamkan linggis ko podasi yang ia gali tadi. Setelah pondasi utama hancur ia mengalirkan air dari sungai kecil di belakang sekolah yang kira-kira 10 meter di bawah sana. Mesin pompa berkekuatan 25 pk ini menaikan air dengan enteng. Sap mengalirkan ke saluran-saluran yang dibuatnya.
Ia duduk termenung seorang diri di bawah sebuah pokok sawit. Dua hari sekolah sepi. Kepsek dan para guru tidak berani datang ke sekolah. 36 siswa sekolah tersebut, tidak seorang pun yang lulus. Mereka takut kalau-kalau murid-murid mengamuk. Tambah lagi beberapa kuli tinta sudah datang ke sekolah mereka, wartawan tersebut dengan senang hati akan mengekspos kegagalan mereka.
Tidak lama berselang ia trsenyum bangga. Bagian belakang bangunan sekolah mulai condong ke arah sungai, ia membiarkan mesin terus memompakan air berkekuatan tinggi ke pondasi sekolah yang sudah di obrak abriknya.
Atmosfir kecamatan Tambusai dinaungi mendung, tak lama kemudian hujan turun dengan lebat disertai petir sambar menyambar. Ia tersenyum makin lebar, gemuruh bangunan runtuh trdengar. Perlahan bangunan sekolahnya runtuh ke arah sungai.
Ia berlari-lari kegirangan di halaman sekolah, kemudian bersandar di tiang bendera, yang benderanya ia biarkan juga basah ku-yup seperti hatinya dan teman-teman sekelasnya, yang setiap senin melakukan upacara bendera dengan khidmat.
“Wartawan pasti akan segera berdatangan dan mewawancaraiku,” pikirnya dalam ha-ti. “Ini adalah moment yang tepat. Saat diwawancarai nanti aku akan akan berkirim sa-lam kepada menteri Pendidikan Nasional. Pak menteri pasti akan senang dapat salam dariku di hari Pendidikan Nasional yang akan diperingati beberapa hari lagi.” Senyumnya makin manis demi teringat jawaban-jawaban yang akan di berikannya kepada wartawan.
Ia membayangkan, ketika nanti ia melihat dirinya di tv, maka semua pejabat pemerintah, dan semua orang di seluruh Indonesia, bahkan dunia, akan tertawa keras sejadi-jadinya.***
Oleh: Elrinov Tri Putra



        dikutip dari : expresi...media online anak muda

Selasa, 07 Desember 2010

WANITA

indah wajahmu menunjukkan keindahan
warna dirimu menumbuhkan cinta
sekilas terlihat indah dalam impian
membuatku melupakan senja

      wanita makhluk terindah di dunia
      wanita makhluk yang di puja pria
      wanita makhluk yang mulia
      wanita makhluk yang sempurna


                                             By : januar randra satriawan